Trading Bukan Untuk Semua Orang - Blog Rizki M Farhan
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Trading Bukan Untuk Semua Orang

 Trading Bukan Untuk Semua Orang

Trading Bukan Untuk Semua Orang


Benar, trading bukan untuk semua orang. Berikut beberapa alasan mengapa trading mungkin tidak cocok untuk semua orang :
  1. Resiko Keuangan : Trading melibatkan risiko keuangan yang tinggi. Harga aset dapat berfluktuasi dengan cepat, yang bisa mengakibatkan kerugian besar dalam waktu singkat. Tidak semua orang memiliki toleransi risiko yang diperlukan untuk menghadapi fluktuasi pasar ini.
  2. Stres dan Emosi : Trading dapat menjadi kegiatan yang sangat menegangkan dan emosional. Keputusan yang diambil di bawah tekanan atau berdasarkan emosi sering kali tidak rasional dan dapat merugikan.
  3. Pengetahuan dan Keahlian : Trading memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang pasar keuangan, analisis teknikal, dan fundamental. Tanpa pemahaman yang baik, trader berisiko membuat keputusan yang buruk.
  4. Waktu dan Dedikasi : Sukses dalam trading membutuhkan waktu dan dedikasi yang signifikan. Trader perlu menghabiskan waktu untuk melakukan riset, memantau pasar, dan mengelola portofolio mereka.
  5. Disiplin : Trading membutuhkan disiplin yang kuat untuk mengikuti rencana trading dan strategi yang telah ditentukan, serta untuk menghindari keputusan impulsif.
  6. Modal : Memulai trading membutuhkan modal yang cukup. Selain itu, trader harus siap dengan potensi kerugian yang bisa saja menghabiskan sebagian atau seluruh modal yang diinvestasikan.
  7. Regulasi dan Legalitas : Beberapa negara memiliki regulasi yang ketat terkait trading, dan trader perlu memastikan bahwa mereka mematuhi semua aturan dan regulasi yang berlaku di wilayah mereka.
  8. Risiko Penipuan : Dunia trading, terutama online trading, rentan terhadap penipuan dan skema investasi palsu. Penting untuk berhati-hati dan melakukan due diligence sebelum berinvestasi.
Karena alasan-alasan tersebut, penting bagi setiap individu untuk menilai kemampuan, pengetahuan, dan kesiapan mental mereka sebelum memutuskan untuk terjun ke dunia trading. Bagi banyak orang, pendekatan investasi jangka panjang yang lebih pasif, seperti berinvestasi dalam reksa dana atau indeks saham, mungkin lebih cocok. Konsultasi dengan penasihat keuangan juga bisa menjadi langkah bijak sebelum memulai trading.

Pasar cryptocurrency yang tidak efisien dan sangat volatil membuat trading sulit, terutama bagi mereka yang memiliki pekerjaan atau pendidikan yang menyita waktu. Namun, bagaimana bila kami mengatakan bahwa trading bukan untuk semua orang, dan semua orang belum tentu seorang trader. Dibutuhkan ketahanan mental, jam terbang, dan pengorbanan waktu yang sangat besar untuk berhasil menjadi seorang trader. Padahal kita ketahui market cryptocurrency sendiri merupakan pasar yang masih belum efisien, sangat sensitif dengan sentimen, dan buka terus selama 24/7. Keadaan tersebut menyebabkan aset - aset cryptocurrency bergerak dengan volatilitas yang sangat tinggi menyebabkan pergerakan harganya sangat sulit untuk dipantau mereka yang tidak bisa berkecimpung di market setiap waktu, menjadikan trading cryptocurrency relatif lebih sulit bagi mereka yang bekerja atau sedang menempuh pendidikan tinggi yang memerlukan pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya yang cukup tinggi. 

Bayangkan saja di tengah - tengah meeting atau kalian sedang sibuk dengan deadline pekerjaan, tiba - tiba muncul notifikasi di handphone bahwa posisi kalian terkena margin call, pasti kalian tidak akan fokus bekerja dan keadaan tersebut pasti merusak seluruh hari kalian, membuat performa kerja kalian menjadi buruk. Inginnya trading tambah untung, malah jadi buntung. 

Kendala yang sama juga bisa terjadi pada kalian seorang mahasiswa atau kalian yang sedang menempuh jenjang pendidikan tinggi lain. Misalkan kalian sedang ujian akhir dan kalian sedang berada dalam posisi perdagangan. Semalam sebelumnya kalian periksa profit and loss (PNL) dalam keadaan profit (PNL hijau) dan market bergerak sesuai dengan analisis kalian. Namun, tiba - tiba paginya sebelum kalian masuk ruang ujian, PNL yang tadinya hijau menjadi merah karena market sedang bergejolak karena suatu berita tertentu. 

Secara statistik, dari 100 orang yang melakukan aktivitas trading, hanya 3 yang akhirnya berhasil, 97 lain akan mengalami kerugian, kehilangan seluruh modal mereka, hingga akhirnya menyerah dan menyebut bahwad trading merupakan penipuan. Itulah mengapa, image dari seorang trader dan kata “trading” secara umum sangatlah buruk di masyarakat karena lebih banyak testimoni negatif dari orang yang gagal, daripada testimoni dari mereka yang berhasil. Mereka yang berhasil dan memberikan testimoni positif pun pada akhirnya akan selalu dianggap “penipu” oleh mereka yang selalu kalah di market.

Lalu, kalau memang trading bukan untuk semua orang, lantas bagaimana saya bisa memperoleh keuntungan di market cryptocurrency? Jawabanya adalah dengan melakukan investing atau investasi. Bila kalian mengamati semua billionaire crypto, dari penemu sampai pemilik Venture Capital (VC) paling besar. Coba kalian amati apakah mereka day trader? Michael Saylor, Changpeng Zhao, Justin Sun, Brian Armstrong, Cameron Twins, Jed McCaleb, Arthur Hayes, Barry Silbert, dan semua figur crypto yang memiliki net worth lebih dari $1B bukan seorang trader, melainkan seorang investor. Hampir 97% orang yang kaya dari market cryptocurrency adalah investor. Para orang super kaya ini tidak melihat PNL setiap 5 menit atau memeriksa harga Bitcoin setiap jam 7 pagi untuk menentukan bias trading. Lalu tesis apa yang melatarbelakangi kalian bisa berpikir bahwa kalian bisa kaya dari trading? Sangat tidak masuk akal ketika tujuan kita adalah memperoleh kekayaan, tetapi tidak meniru apa yang orang kaya lakukan. Ketika kalian ingin kaya, tiru apa yang orang kaya lakukan, bukan apa yang mereka katakan. Itulah mengapa kita harus memahami fakta bahwa modal yang kita miliki harus kita fokuskan pada investing, bukan trading. Alokasi sebesar 70% untuk investing dan 30% sisanya untuk trading merupakan angka yang ideal, bahkan apabila rasio tersebut kita pangkas menjadi 20% atau bahkan 10%, akun kita secara keseluruhan tetap dapat bertumbuh. Fokus utama pada alokasi modal yang kita miliki tetap harus pada investing.

Pada akhirnya kita memang harus menelan fakta bahwa mungkin sebagian besar dari kita bukanlah seorang trader, dan itu tidak apa - apa. Bukankah semua orang harus menerima takdirnya dan berfokus pada apa yang bisa dikuasai? Berfokus pada sesuatu yang tidak kita kuasai sama saja membohongi diri sendiri. Bahkan di tim sepak bola ada yang menjadi seorang striker dan ada yang menjadi seorang goalkeeper. Seorang goalkeeper tidak boleh iri dengan seorang striker yang mencetak gol, karena itu bukan tugasnya. Tugas seorang goalkeeper adalah menjaga gawang agar tidak kebobolan. Semua orang mungkin tidak bisa menjadi seorang trader, tetapi semua orang bisa menjadi seorang investor.

Hanya 3% trader yang sukses, sedangkan 97% lainnya gagal meskipun menguasai teknik analisis. Banyak yang akhirnya menyerah dan menganggap trading sebagai penipuan. Oleh karena itu, investasi menjadi alternatif yang lebih menguntungkan. Kebanyakan miliarder crypto seperti Michael Saylor dan Changpeng Zhao adalah investor, bukan trader. Untuk mencapai kekayaan, lebih baik fokus pada investasi daripada trading, dengan alokasi modal 70% untuk investasi dan 30% untuk trading. Menerima bahwa tidak semua orang bisa menjadi trader adalah penting, tetapi semua orang bisa menjadi investor. Fokuslah pada apa yang dikuasai dan jangan memaksakan diri pada sesuatu yang tidak sesuai dengan kemampuan.
Rizki M Farhan
Rizki M Farhan Saya adalah seorang penulis konten artikel untuk belajar yang membahas Teknologi Layanan Pendidikan Internet.