Saham Adalah Ilusi - Blog Rizki M Farhan
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Saham Adalah Ilusi

 Saham Adalah Ilusi

Saham Adalah Ilusi

Ungkapan "saham adalah ilusi" sering muncul dalam konteks kritik terhadap pasar saham, terutama dari mereka yang skeptis terhadap mekanisme pasar keuangan. Namun, pernyataan ini perlu dipahami dengan lebih nuansa, karena saham bukanlah "ilusi" dalam arti sepenuhnya tidak nyata. Saham memiliki nilai dan fungsi penting dalam dunia bisnis dan keuangan. Untuk memahami lebih dalam, berikut adalah beberapa perspektif yang menjelaskan pernyataan ini :

1. Saham sebagai Representasi Kepemilikan

  • Realitas Saham : Saham mewakili bagian kepemilikan di sebuah perusahaan. Jika seseorang memiliki saham di perusahaan, ia berhak atas sebagian dari laba perusahaan (melalui dividen) dan aset perusahaan jika terjadi likuidasi. Jadi, dalam pengertian ini, saham adalah sesuatu yang nyata dan berwujud secara hukum.
  • Ilusi : Beberapa orang mungkin melihat saham sebagai "ilusi" karena kepemilikan saham tidak selalu memberikan kendali langsung atas keputusan perusahaan. Pemegang saham kecil tidak memiliki pengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Ini sering membuat orang merasa seperti saham hanyalah angka di layar tanpa keterkaitan nyata dengan aktivitas sehari-hari perusahaan.

2. Volatilitas dan Spekulasi

  • Realitas Pasar : Harga saham di pasar seringkali mencerminkan nilai pasar perusahaan, yang bisa berubah-ubah berdasarkan sentimen investor, berita ekonomi, atau tren global. Dalam banyak kasus, harga saham bisa melonjak atau jatuh secara signifikan tanpa perubahan mendasar pada kinerja perusahaan.
  • Ilusi : Dari perspektif ini, saham dianggap sebagai "ilusi" karena harga yang tercermin di pasar sering kali tidak mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan. Volatilitas yang didorong oleh spekulasi dan tren pasar dapat menciptakan ilusi tentang nilai perusahaan yang sebenarnya.

3. Mania Pasar dan Bubble

  • Realitas Bubble : Sepanjang sejarah pasar saham, kita telah melihat terjadinya "bubble" di mana harga saham melonjak jauh di luar nilai intrinsik perusahaan. Contohnya adalah gelembung dot-com pada akhir 1990 - an atau gelembung properti sebelum krisis finansial 2008.
  • Ilusi Bubble : Dalam periode bubble ini, banyak investor percaya bahwa harga akan terus naik, meskipun dasar fundamental tidak mendukungnya. Ketika bubble pecah, harga saham turun drastis, dan banyak investor yang kehilangan uang. Ini sering disebut sebagai ilusi di mana orang mempercayai nilai yang tidak nyata karena sentimen pasar yang berlebihan.

4. Perdagangan Jangka Pendek dan "Permainan" Pasar

  • Realitas : Banyak investor dan trader berpartisipasi di pasar saham dengan strategi jangka pendek, seperti day trading atau swing trading, yang sering kali lebih mengutamakan keuntungan cepat daripada nilai fundamental perusahaan. Perdagangan semacam ini memanfaatkan volatilitas harian tanpa memikirkan kepemilikan jangka panjang.
  • Ilusi : Dari sudut pandang ini, saham bisa dianggap sebagai ilusi karena para trader hanya "bermain" dengan fluktuasi harga tanpa peduli pada kepemilikan nyata atau perkembangan perusahaan. Bagi sebagian orang, aktivitas ini lebih mirip perjudian daripada investasi yang berbasis fundamental.

5. Nilai Intangible dan Kepercayaan Pasar

  • Realitas Nilai Saham : Nilai saham sangat dipengaruhi oleh kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan. Jika investor percaya perusahaan memiliki prospek yang baik, mereka akan membeli saham, yang akan meningkatkan harga saham tersebut. Kepercayaan ini sering kali tidak didasarkan pada fakta-fakta nyata, tetapi lebih pada persepsi dan ekspektasi.
  • Ilusi Kepercayaan : Bagi yang skeptis, kepercayaan investor ini bisa tampak seperti ilusi, karena sangat bergantung pada harapan dan optimisme yang tidak selalu didukung oleh kinerja nyata perusahaan. Ini menciptakan kesan bahwa pasar saham bisa menjadi ilusi kolektif yang digerakkan oleh psikologi massa, bukan oleh nilai fundamental.

6. Pengaruh Bandar dan Manipulasi Pasar

  • Realitas Bandar : Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bandar besar atau pihak yang memiliki modal signifikan bisa menggerakkan harga saham untuk keuntungan mereka sendiri. Manipulasi harga ini menciptakan pergerakan harga yang sering kali tidak mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan.
  • Ilusi Pasar : Dari perspektif ini, pasar saham bisa dianggap sebagai ilusi karena harga saham dimanipulasi oleh segelintir pemain besar yang dapat mempengaruhi arah pasar. Investor ritel sering kali merasa seperti terjebak dalam permainan yang diatur oleh bandar.

7. Pandangan Filosofis tentang Nilai Saham

  • Realitas Filosofis : Dari sudut pandang filosofis, segala sesuatu yang tidak berwujud (seperti saham) bisa dianggap sebagai "ilusi" karena tidak ada bentuk fisiknya. Saham hanyalah klaim terhadap nilai di masa depan, dan nilai itu sendiri sangat tergantung pada ekspektasi dan prediksi.
  • Ilusi Filosofis : Dalam pandangan ini, saham adalah ilusi dalam arti bahwa mereka hanya ada dalam sistem yang diciptakan oleh manusia. Mereka adalah kontrak kepercayaan antara investor dan perusahaan yang dapat berubah sewaktu-waktu, tergantung pada sentimen pasar dan keputusan bisnis.
Pernyataan bahwa "saham adalah ilusi" menggambarkan pandangan skeptis terhadap pasar saham dan nilai yang diwakilinya. Meskipun saham secara legal adalah bukti kepemilikan di sebuah perusahaan, ide ini menyiratkan bahwa nilainya seringkali tidak mencerminkan realitas dasar perusahaan. Beberapa alasan di balik pandangan ini meliputi :

1. Harga Saham Tidak Selalu Mencerminkan Nilai Nyata

     Harga saham seringkali dipengaruhi oleh sentimen pasar, spekulasi, dan ekspektasi investor, yang bisa saja tidak didukung oleh kondisi fundamental perusahaan. Dengan kata lain, harga saham bisa naik atau turun drastis tanpa perubahan signifikan dalam bisnis perusahaan itu sendiri.

2. Volatilitas yang Tidak Realistis

     Pergerakan harga saham yang cepat dan tidak terduga kadang - kadang lebih mencerminkan aktivitas perdagangan jangka pendek atau manipulasi pasar daripada nilai sesungguhnya dari perusahaan. Investor yang lebih fokus pada spekulasi dibandingkan dengan analisis fundamental menciptakan kesan bahwa harga saham hanyalah "ilusi" yang bisa dipermainkan.

3. Kepercayaan dan Psikologi Massa

     Pasar saham sangat dipengaruhi oleh psikologi massa, di mana harga seringkali naik atau turun karena tren atau keyakinan kolektif investor, bukan karena data ekonomi yang solid. Fenomena ini menciptakan persepsi bahwa saham hanya berharga sejauh orang-orang masih mempercayainya, seolah-olah nilainya tidak benar-benar nyata.

4. Manipulasi Pasar

     Seperti disebutkan sebelumnya, beberapa pemain besar seperti "bandar" atau institusi keuangan dengan modal besar bisa memanipulasi harga saham. Ini menciptakan distorsi antara nilai pasar dan nilai intrinsik saham, memperkuat gagasan bahwa pasar saham adalah permainan manipulasi yang ilusif.

5. Saham Hanya Kertas atau Digital

     Saham sendiri hanya berupa sertifikat (baik fisik atau digital) yang mewakili kepemilikan, tetapi tidak memberikan kendali langsung kepada pemilik minoritas atas operasional perusahaan. Hal ini membuat saham terasa tidak berwujud dan hanya sebuah angka dalam portofolio investasi.

Saham, Realitas atau Ilusi ?

Saham bukanlah sepenuhnya ilusi. Saham adalah alat keuangan yang sah dan nyata yang memungkinkan individu dan institusi untuk memiliki bagian dari perusahaan. Namun, karena sifat spekulatif pasar saham dan ketergantungannya pada kepercayaan, harapan, dan manipulasi, beberapa orang mungkin merasa bahwa nilai saham sering kali lebih dekat dengan "ilusi" daripada sesuatu yang konkret dan pasti.

Kesimpulan

Meskipun secara legal dan finansial saham mewakili kepemilikan nyata di sebuah perusahaan, pandangan bahwa "saham adalah ilusi" berfokus pada kenyataan bahwa nilainya sering kali tidak mencerminkan sesuatu yang solid atau stabil. Nilai saham dipengaruhi oleh faktor eksternal, manipulasi, dan psikologi pasar, yang membuatnya tampak tidak "nyata" dalam arti sesungguhnya. Namun, ini tidak berarti saham sepenuhnya ilusi; mereka tetap memiliki dasar legal dan berfungsi sebagai alat investasi.
Ilusi kontrol dalam investasi saham dapat terjadi ketika investor percaya bahwa mereka memiliki kendali atas saham yang mereka miliki. Hal ini bisa terjadi karena investor merasa bahwa analisis dan pengetahuan yang mereka miliki memberi mereka kendali atas masa depan saham tersebut. 
Rizki M Farhan
Rizki M Farhan Saya adalah seorang penulis konten artikel untuk belajar yang membahas Teknologi Layanan Pendidikan Internet.